Sunday 6 May 2012

Sejarah Ki Ageng Kiringan

Menurut cerita tutur tinular, Syech Abdullah Asyiq atau Ki Ageng Kiringan  adalah putra dari Muhamad Abdul Syakur adalah murid sunan Muria yang ditugaskan untuk menyebarkan Islam di daerah Tayu dan sekitarnya.
Ki Ageng Kiringan mempunyai seorang isteri bernama Dewi Limaran dan mempunyai seorang putri bernama Sumiyem, yang lebih di kenal dengan Nyi Branjung. Ki Ageng dan Nyai Ageng sudah lama tidak di anugerahi putra laki-laki, maka Ki Ageng dan Nyai Ageng Kiringan pergi menghadap gurunya Sunan Muria (Raden Umar Said), untuk menyampaikan keinginannya agar dianugerahi seorang Putra laki-laki.
Kanjeng Sunan Muria memberikan nasehat kepada Ki Ageng dan Nyai Ageng agar bersabar, dan memohon kepada Allah SWT agar diberi putra laki-laki.
Setelah diberikan nasehat dan petunjuk oleh Sunan Muria, Ki Ageng dan Nyai Ageng pamit kembali ke Kiringan, malam nya Nyai Ageng bermimpi ditemui seorang laki-laki yang gagah dan sudah beruban. Lalu Nyai Ageng menceritakan mimpinya kepada Ki Ageng dan mendiskusikan mimpinya semalam.
Selang beberapa hari Nyai Ageng Kiringan mengandung, tentu saja disambut bahagia oleh keduanya yang memang mendambakan seorang anak laki-laki. Setelah sekian lama mengandung, Nyai Ageng melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama SARIDIN, yang berasal dari kata Syah dan Ridho, yang artinya mendapat Ridlo Allah SWT.
Memang cerita Saridin atau Syech Jangkung ini ada dua versi, salah satunya Saridin adalah putra Sunan Muria yang  dilarung ke sungai dan diangkat oleh Ki Ageng Kiringan sebagai anaknya.
Suatu ketika Sunan Bonang berkunjung ke Muria, sesampainya di padepokan Sunan Muria tidak ada, beliau sedang berkunjung ke Sunan Kudus, sambil menunggu Sunan Muria datang, Sunan Bonang meminjam kancip untuk membelah pinang guna berkinang menjadi dua bagian sama besar. Yang satu diberikan kepada Nyai Sujinah isteri Sunan Muria, yang satu dipergunakan sama Sunan Bonang.
Setelah beberapa lama menunggu, ternyata Sunan Muria tidak kunjung datang, akhirnya Sunan Bonang mohon diri untuk kembali pulang ke Lasem. Namun apa yang terjadi?? Setelah Sunan Bonang pergi, ternyata sesaat setelah kepergian Sunan Bonang, Nyai Sujinah langsung hamil 5 bulan. Dan setelah Sunan Muria datang beliau sangat terkejut, karena tiba2 isterinya hamil, akhirnya Sunan Muria marah dan menuduh Nyai Sujinah berzina dengan orang lain.
Akhirnya Nyai Sujinah diusir dari kasunanan Muria, dengan perasaan malu Nyai Sujinah pergi meninggalkan padepokan Muria. Hingga akhirnya Nyai Sujinah putus asa  dan memutuskan hendak bunuh diri  mencebur ke Sungai, beruntung tangannya dipegang oleh Kanjeng Sunan Kalijogo yang tiba-tiba datang dan selamatlah Nyai Sujinah.
Tidak berselang lama maka lahirlah si jabang bayi yang oleh Nyi Sujinah  di larung ke sungai dan ditemukan oleh Ki Ageng Kiringan atau Syech Abdullah Asyiq dan diangkat sebagai anak, lalu diberi nama SARIDIN atau Syech Jangkung.
Konon Saridin ini mempunyai kesukaan blayang atau berkelana, baik untuk mencari ilmu maupun untuk melakukan syiar terhadap Islam.
Mengenai kebenaran cerita ini, penulis kembalikan sepenuhnya kepada pembaca sekalian.
Syech Abdullah Asyiq atau Ki Ageng Kiringan sendiri makamnya terdapat di Dukuh Kiringan-Punden Rejo-Tayu, atau 30 Km dari Kota Pati arah jalan Tayu Jepara.
Diatas  pintu cungkup makam terdapat tulisan dalam huruf arab yang berbunyi :
”NGADEKE CUNGKUP MAKAM KIAGENG KIRINGAN BIN MUHAMMAD NEK DESO KIRINGAN, WULAN MUHARAM/SURO DINO SENIN TANGGAL 12 TAHUN 1304 MASEHI, TERANG KANG BANGUN SING NGUWATI BAGUS SALMAN BONGSO JIN”
DAN DIBAWAH TULISAN TERSEBUT TERDAPAT TULISAN HURUF ARAB KECIL YANG BERBUNYI :
”MONGSO SENTOLO CATUR KANG TUNGGAL”
Dan ada terusan sedikit yang tidak bisa terbaca termasuk oleh juru kunci makam Mbah Mahzum.
Makam Ki Ageng Kiringan sangat ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah, khususnya pada malam Jum’at, mereka bertawasul di Makam Ki Ageng Kiringan.
Banyak masyarakat dari berbagai daerah yang melaksanakan syukuran di Makam Ki Ageng Kiringan. Ini dilakukan bila keinginan atau do’a nya dikabulkan Allah SWT.
Khol dilaksanakan setiap tanggal  7 sd 9 bulan besar, biasanya ribuan peziarah dari berbagai penjuru datang berduyun-duyun ke Makam Ki Ageng Kiringan.

sumber : http://kiringan.com/


-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

5 comments:

Paranita Robbany said...

matursuwun artikelnya mas... saya belum dapat pencerahan sebenarnya era Ki Ageng Kiringan ini sebelum atau sesudah Wali Songo. Karena di makam tertulis 1304 Masehi, sedangkan Syekh Jangkung meninggal 1563 Masehi. Apa masih masuk akal pertemuan kedua tokoh ini?

Anonymous said...

Th 1563 Saka (Jawa)
1641 Masehi ini tahun wafatnya Saridin (Syeh Jangkung Landoh Kayen Pati)

Anonymous said...

jika tahun berdiri masjid 1304 M maka pada era Jayanegara raja Majapahit ke 2 sebelum syeh Jumadil kubro datang setelah Fatimah binti Maimun ada kemungkinan nama syeh Abdullah dan Ki ageng itu beda sebab tahun 1304 M blm ada Ki Ageng nama ini setelah Brawijaya V keturunannya, jika benar semua maka umur syeh /Ki Ageng 225 thn sampai masa muda syeh jangkung, sejarah menjadi menarik dan ini bukti islamisasi Nusantara,

Anonymous said...

apa yg tertulis itu cerita tutur. Pernah saya telusuri dengan juru kunci almarhum Mbah Mahzum, di pintu makam tertulis: NGADEKE CUNGKUP MAKAM KI AGENG KIRINGAN BIN MUHAMAD NEK DESO KIRINGAN, WULAN MUHARAM /SURO DINO SENIN TANGGAL 12 TAHUN 1304 MASEHI, TERANG KANG BANGUN SING NGUWATI BAGUS SALMAN BONGSO JIN

dibawahnya tertulis: Mongso sengkolo catur kang tunggal : kalau tidak salah melambangkan tahun mongso = 6, Sengkolo = ? Catur = 4 Tunggal = 1
Dibaca dari kanan berarti tahun 14..6 Saka
Untuk sengkolo belum ketemu kesamaan angkanya, .
Mohon dikoreksi yang lebih tau. Tulisan di pintu makam ini sampai sekarang belum ada yang menelusuri, jadi cerita yg berkembang berdasarkan tutur. Semua dikembalikan ke pembaca

Anonymous said...

Ini sedikit informasi tambahan, yang saya ketahui sebagai putra kelahiran Kiringan

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates