Thursday 24 May 2012

Wudlu

Fardlu wudlu ada enam :
1. Niat (ketika membasuh muka)
2. Membasuh muka
3. Membasuh dua tangan sampai siku
4. Mengusap sebagian kepala
5. Membasuh dua kaki sampai mata kaki
6. Tertib ( urut dari urutan yang pertama)
yang di sunnahkan dalam wudlu ada sepuluh yaitu :
1. Membaca Basmalah
2. Membasuh telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam air
3. Berkumur beserta menghirup air dengan hidung
4. Mengusap seluruh bagian kepala
5. Mengusap dua telinga luar dalam dengan air yang baru
6. Menyisir jenggot dengan jari
7. Membersihkan jari-jari tangan dan kaki
8. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan
9. Mengulang tiga kali
10. Langsung (tanpa di pisah kegiatan selain wudlu).
-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

Tentang Siwak (menggosok gigi)

Siwakan itu di sunahkan dalam berbagai keadaan, kecuali bagi orang yang berpuasa setelah masuk waktu dhuhur.
ada tiga keadaan yang sangat disunahkan siwakan :
1. ketika mulut berbau sebab terlalu lama diam atau karena yang lain.
2. ketika bangun tidur.
3. ketika akan melaksanakan sholat.
-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

Thursday 17 May 2012

Perabotan dari emas

Lelaki atau perempuan tidak diperbolehkan memakai perabotan/tempat makan dan minum yang terbuat dari emas atau perak, dan diperbolehkan menggunakan tempat makan/minum selain dari emas maupun perak.
-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

Wednesday 16 May 2012

Menyamak Kulit Binatang

Kulit (lulang) binatang yang mati (tanpa penyembelihan/bangkai) itu bisa jadi suci dengan cara di sama', kecuali binatang anjing dan babi atau keturunannya atau keturunan salah satunya. Tulang dan rambut binatang bangkai itu najis kecuali bangkainya anak Adam.
Sumber :  Kitab Taqrib
-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

Kitab Thoharoh

Air yang bisa digunakan untuk bersuci itu ada 7 :
1. Air Hujan.
2. Air laut.
3. Air Sugai.
4. Air Sumur
5. Mata Air
6. Air es/hujan es
7. Air embun
kemudian pembagian air dibagi atas 4 :
1. Air suci yang mengsucikan dan tidak di makruhkan untuk digunakan bersuci contohnya air mutlak.
2. Air suci yang mengsucikan dan dimakruhkan untuk digunakan bersuci contohnya air yang terkena panas matahari.
3. Air suci yang tidak mengsucikan contohnya air sedikit yang sudah digunakan untuk bersuci dan air yang berubah sebab tercampur benda suci yang lain.
4. Air najis yaitu air yang terkena najis tetapi kurang dari dua kulah atau ada dua kulah tetapi berubah (air dua kulah adalah air yang kurang lebih 500 kati bagdad (menurut qoul yang paling kuat))
sumber : Kitab Taqrib
-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

Tuesday 15 May 2012

Biografi Ali Bin Abi Tholib

Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling awal memeluk agama Islam (assabiqunal awwalun), sepupu Rasullullah Saw., dan juga khalifah terakhir dalam kekhalifahan Kulafaur Rasyidin menurut pandangan Sunni. Namun bagi Islam Syiah, Ali adalah khalifah pertama dan juga imam pertama dari 12 imam Syiah.
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib. Namun Rasullullah Saw. tidak menyukainya dan memanggilnya Ali yang berarti memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah.

Ketika Rasullullah Saw. mulai menyebarkan Islam, Ali saat itu berusia 10 tahun. Namun ia mempercayai Rasullullah Saw. dan menjadi orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Masa remajanya banyak dihabiskan untuk belajar bersama Rasullullah sehingga Ali tumbuh menjadi pemuda cerdas, berani, dan bijak. Jika Rasullullah Saw. adalah gudang ilmu, maka Ali ibarat kunci untuk membuka gudang tersebut.
Saat Rasullullah Saw. hijrah, beliau menggantikan Rasullullah tidur di tempat tidurnya sehingga orang-orang Quraisy yang hendak membunuh Nabi terpedaya. Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra.
Ali tidak hanya tumbuh menjadi pemuda cerdas, namun juga berani dalam medan perang. Bersama Dzulfikar, pedangnya, Ali banyak berjasa membawa kemenangan di berbagai medan
perang seperti Perang Badar, Perang Khandaq, dan Perang Khaibar.
Setelah wafatnya Rasullullah, timbul perselisihan perihal siapa yang akan diangkat menjadi khalifah. Kaum Syiah percaya Nabi Muhammad telah mempersiapkan Ali sebagai khalifah. Tetapi Ali dianggap terlalu muda untuk menjabat sebagai khalifah. Pada akhirnya Abu Bakar yang diangkat menjadi khalifah pertama.
Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, keadaan politik Islam menjadi kacau. Atas dasar tersebut, Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah mendesak agar Ali segera menjadi khalifah. Ali kemudian dibaiat beramai-ramai, menjadikannya khalifah pertama yang dibaiat secara luas. Namun kegentingan politik membuat Ali harus memikul tugas yang berat untuk menyelesaikannya.
Perang saudara pertama dalam Islam, Perang Siffin pecah diikuti dengan merebaknya fitnah seputar kematian Utsman bin Affan membuat posisi Ali sebagai khalifah menjadi sulit. Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami shalat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
Selanjutnya kursi kekhalifahan dipegang secara turun temurun oleh keluarga Bani Umayyah dengan khalifah pertama Muawiyah. Dengan demikian berakhirlah kekhalifahan Kulafaur Rasyidin.

Sumber : http://kolom-biografi.blogspot.com

-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

Monday 14 May 2012

Biografi Khalifah Utsman bin Affan

Utsman bin Affan (sekitar 574656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada tahun keenam tahun Gajah. Kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasullulah SAW.
Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahkan dua putrinya untuk Utsman; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah.
Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.
Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau adalah salah satusahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman.
Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya.
Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya.
Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Suasana sempat tegang ketika Utsman tak kenjung kembali. Kaum muslimin sampai membuat ikrar Rizwan – bersiap untuk mati bersama untuk menyelamatkan Utsman. Namun pertumpahan darah akhirnya tidak terjadi. Abu Sofyan lalu mengutus Suhail bin Amir untuk berunding denganNabi Muhammad SAW. Hasil perundingan dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.
Semasa Nabi SAW masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh Nabi untuk menjadi walikota Madinah, semasa dua kali masa jabatan. Pertama pada perang Dzatir Riqa dan yang kedua kalinya, saat Nabi SAW sedang melancarkan perang Ghatfahan.
Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Agama dan Masyarakat umum.
Sebagai Contoh :
  1. Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
  2. Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
  3. Beliau mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi tersebut.
  4. Pada masa pemerintahan Abu Bakar,Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Masa Kekhalifahan
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.
Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.
Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah.
Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.
Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.
Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :
  1. Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
  2. Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
  3. Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
  4. Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
  5. Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
  6. Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
  7. Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)
Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman
Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar wasiat khalifah Umar bin Khatab.
Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.
Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut.
Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.
Karena tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.
Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua hal :
  1. Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).
  2. Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.
Kedua tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan”
Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang santun.
Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran.
Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Wallahu A’lam.

Sumber : http://halaqohdakwah.wordpress.com
-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

RIWAYAT HIDUP UMAR BIN KHATTAB

Biografi Umar bin Khattab

“Ya Allah, jadikanlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab.” Salah satu dari doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatamah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan  khalifah kedua di dalam Islam setelah Abu Bakar. Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin ‘Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada kakeknya Ka’ab. Antara beliau dengan Rasulullah selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Khatamah binti Hasyim bin al Mughirah al Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau kunyah Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua dan memberi laqab (julukan) al Faruq.

Umar bin Khattab Masuk Islam

Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum Jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Rasulullah. Waktu itu Rasulullah membaca surat al Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- “Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy.” Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur’an bukan syair), lantas beliau berkata, “Kalau begitu berarti dia itu dukun.” Kemudian beliau mendengar bacaan Rasulullah ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur’an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, “Telah terbetik lslam di dalam hatiku.” Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Rasulullah. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al ‘Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, “Mau kemana wahai Umar?” Umar bin Khattab menjawab, “Aku ingin membunuh Muhammad.” Lelaki tadi berkata, “Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?” Maka Umar menjawab, “Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu.” Tetapi lelaki tadi menimpali, “Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini.”
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur’an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, “Kami tidak sedang membicarakan apa-apa.” Umar bin Khattab menimpali, “Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian.” Iparnya menjawab, “Wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?” Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, “Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.” Maka adik perempuannya berkata, “Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!” Lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, “Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, ‘Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.’ Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa.” Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, “Ada apa kalian?” Mereka menjawab, “Umar datang!” Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, “Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya.” Kemudian Rasulullah menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya, “Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab.” Dan dalam riwayat lain, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar.”
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas’ud berkomentar, “Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam.”

Kepemimpinan Umar bin Khattab

Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al Qur’an dan as Sunnah setelah Abu Bakar.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah dan Abu Bakar. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan Islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636 M), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641 M, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639 M, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637 M, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641 M, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642 M), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644 M, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, “Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabat pun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun Hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan shalat sunah Tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum khamr (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud dan wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, “Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, “Umar bin Khattab berkata, ‘Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah’.”
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang. Beliau berjanji tidak akan makan minyak Samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya.
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum’at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Allah dan Rasulullah. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka dengan berkata, “Aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau Allah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.”

Wafatnya Umar bin Khattab

Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat. Beliau ditikam ketika sedang melakukan shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah (al Fairus dari Persia), budak milik al Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Rasulullah dan Abu Bakar, beliau wafat dalam usia 63 tahun.

sumber : http://mahluktermulia.wordpress.com

-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

Monday 7 May 2012

Biografi Singkat Abu Bakr ash-Shiddiq

Segala  puji  hanya  bagi  Allah,  shalawat  dan  salam  semoga  tetap tercurahkan  kepada  baginda  Rasulullah,  dan  aku  bersaksi  bahwa  tiada  tuhan  yang  berhak  disembah  dengan  sebenarnya  selain  Allah  yang  Maha  Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah  hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du: 
Di bawah ini kami ketengahkan sebuah cuplikan dari sejarah hidup seorang  tokoh  dan  pahlawan  umat  Islam,  seorang  shahabat  Rasulullah  shalallahu ‘alaihi wasallam yang mulia, agar kita bisa mengambil pelajaran  dan ibroh dari perjalanan hidupnya. 
Shahabat   Rasulullah   ini   mengikuti   semua   peperangan   bersama  Rasulullah, seperti perang Badar, Uhud dan perang Khandak serta berbagai  perang  lainnya  yang  sangat  menentukan  dalam  sejarah  kaum  muslimin. 
Beliau  tidak  pernah  berpisah  dengan  Nabi  Muhammad  shalallahu  ‘alaihi  wasallam  baik saat berada dalam negeri atau keluar musafir. Beliau lahir  dua  tahun  enam  bulan  setelah  tahun  gajah,  beliau  telah  meminpin  para  shahabat  shalat  berjama’ah  saat  sakitnya  Nabi  Muhammad  shalallahu  ‘alaihi wasallam sebelum wafatnya beliau. Dia termasuk orang yang paling  dicintai oleh Beliau, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam menikahi  anaknya, dan dia termasuk orang yang pertama masuk Islam dari kalangan kaum lelaki, dan salah seorang tokoh yang diberi kabar gembira memasuki  surga serta dia adalah orang terbaik dari golongan umat Islam setelah Nabi  Muhammad         shalallahu     ‘alaihi  wasallam.      Dialah    orang     yang    pernah  menemani  Nabi  Muhammad  shalallahu  ‘alaihi  wasallam  saat  bersembunyi 
di  dalam  gua,  dan  beliau  telah  mendapat  kemuliaan  bisa  menemani  Nabi  Muhammad  shalallahu  ‘alaihi  wasallam  pada  peristiwa  hijrah  dan  Allah  subhanahu  wa  ta’ala  telah  menurunkan  sebuah  ayat  yang  tetap  akan  didengungkan sampai hari kiamat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:  

        “Jikalau  kamu  tidak  menolongnya  (Muhammad)  maka  sesungguhnya  Allah  telah  menolongnya  (yaitu)  ketika  orang-orang  kafir  musyrikin  Mekah)  mengeluarkannya  (dari  Mekah)  sedang  dia  salah  seorang  dari  dua  orang  ketika keduanya berada dalam gua” . (QS. Al-Taubah: 40). 

Umar  Ibnul  Khattab  berkata,  “Seandainya  keimanan  Abu  Bakr  ditimbang  dengan  keimanan  seluruh  umat  ini  maka  akan  lebih  berat  keimanan  Abu  Bakr”. Dia adalah orang yang jujur dari umat ini. Namanya adalah Abdullah  bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Amru Al-Qurasy dan umat ini telah  sepakat untuk memberikan gelar padanya dengan kata ash-Shiddiq, sebab  dialah orang yang segera membenarkan Nabi Muhammad SAW dan Aisyah  pernah  berkata  tentang  bapaknya,  “Bapakku  orang  yang  berkulit  putih,  langsing dan berpipi tipis, sedikit bungkuk dan bermata cekung”. 
       Banyak  hadits  Nabi  Muhammad  shalallahu  ‘alaihi  wasallam  yang  menjelaskan tentang keutamaan pribadi shahabat ini, dia adalah manusia  terbaik di kalangan umat Islam setelah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi  wasallam.  Di  antara  hadits-hadits  yang  menjelaskan  tentang  keutamaan  shahabat Abu Bakr ash-shiddiq adalah sebuah hadits di dalam kitab shahih  Muslim  dari  riwayat  Aisyah  menjelang  akan  wafatnya  Nabi  Muhammad  shalallahu  ‘alaihi  wasallam:  “Pangillah  Abu  Bakr,  bapak  dan  saudaramu, 
sehingga aku menulis sebuah pesan, sungguh aku khawatir jika ada orang  yang  berangan-angan  dan  seseorang  berkata:  Aku  yang  lebih  utama  dan  Allah dan orang-orang yang enggan  beriman kecuali kepada Abu Bakr”.  
Para ulama berkata, “Di dalam hadits ini dijelaskan bahwa Ashiddiq adalah  shahabat yang paling utama secara umum, dan orang yang paling berhak  mendapatkan  tampuk  khilafah  dan  orang  yang  paling  utama  mengimami  kaum muslimin. 
Dirwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahih keduanya  disebutkan  pada  sebuah  riwayat  dari  Abi  Sa’id  Al-Khudri  RA  bahwa  Nabi  Muhammad  shalallahu  ‘alaihi  wasallam  bersabda,  “Sesungguhnya  orang  yang  paling  aku  percayai  untuk  menjaga  harta  dan  persahabatannya  serta  diriku  adalah  Abu  Bakr,  seandainya  aku  boleh  memilih  kekasih  bagi  diriku  maka aku akan memilih nya sebagai kekasihku, namun persaudaraan dalam  Islam  dan  janganlah  engkau  meninggalkan  di  dalam  mesjid  pintu  apapun  kecuali pintu Abu Bakr”.2 
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi di dalam kitab sunannya dari Abi Hurairah   bahwa  Nabi  Muhammad  halallahu  ‘alaihi  wasallam  bersabda,  “Tidak  ada  seorangpun yang telah mengulurkan bantuannya kepada kami kecuali kami  telah  membalasnya  dengan  balasan  yang  cukup  kecuali  untuk  Abu  Bakr, sesungguhnya  dia  memiliki  jasa  yang  akan  dibalas  oleh  Allah  pada  hari  kiamat, dan  tidak  ada harta seorangpun yang  memberikan  manfaat bagiku  melebihi   manfaat   harta   Abu   Bakr,   seandainya   aku   boleh   mengangkat  seorang kekasih  maka aku akan mengangkat Abu Bakr sebagai kekasihku,  dan    ketahuilah    bahwa     shahabat      kalian   (Rasulullah    shalallahu     ‘alaihi  wasallam) ini adalah kekasih Allah”.  
       Dan setelah Abu Bakr RA masuk Islam dia telah menginfaqkan empat  puluh ribu untuk kepentingan shadaqah dan memerdekakan budak. 
Diriwayatkan      oleh    Al-Turmudzi      dari    Umar     Ibnul    Khattab     berkata,  “Rasulullah     shalallahu     ‘alaihi   wasallam      memerintahkan        kita   untuk  bersedeqah,  saat  itu  aku  memiliki  harta  maka  aku  berkata,  “Pada  hari  inilah aku akan mengungguli Abu Bakr, semoga aku mengunggulinya pada 
pada    hari   ini”.   Maka    akupun      mengambil      setengah     hartaku,     maka  Rasulullah     shalallahu     ‘alaihi  wasallam     bersabda,   “Apa      yang    engkau  tinggalkan     untuk    keluargamu?.      Aku    menjawab:       Sejumlah     yang    aku  shedeqahkan”.  Lalu  Abu  Bakr  datang  dengan  membawa  seluruh  hartanya  dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Bakr, apa 
yang     kamu      tinggalkan     untuk     keluargamu?.       Dia    menjawab:       Aku  meninggalkan  Allah  dan  Rasul  -Nya.  Lalu  Umar  berkata:  Demi  Allah  aku  tidak bisa mengunggulinya dalam kebaikan untuk selamanya”.
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi di dalam kitab sunannya dari Abi Sa’id RA  bahwa      Nabi     Muhammad          shalallahu      ‘alaihi   wasallam       bersabda,  “Sesungguhnya  orang-orang  yang  berada  pada  tingkatan  tertinggi  di  surga,  akan  melihat  orang  yang  ada  di  bawahnya  sebagaimana  kalian  melihat  bintang  yang  terbit  di  ufuk  langit  dan  sungguh  Abu  Bakr  bersama  Umar  termasuk penghuni keduanya dan alangkah nikmatnya mereka berdua”.  
Diriwayatkan  oleh  Al-Turmudzi  dari  hadits  Anas  bahwa  Nabi  Muhammad  shalallahu  ‘alaihi  wasallam  bersabda  kepada  Abu  Bakr  dan  Umar,  “Dua  orang ini adalah pemimpin para penghuni surga yang dewasa baik generasi  yang terdahulu atau yang akan datang kecuali para Nabi dan Rasul”.
        Beliau   telah   memegang   tampuk   khilafah   negara   Islam   setalah  wafatnya      Nabi   Muhammad         shalallahu     ‘alaihi   wasallam      dan    masa  jabatannya  adalah  dua  tahun  tujuh  bulan.  Dan  pada  saat  bangsa  Arab  goncang oleh kemunafiqan,  sementara orang-orang Anshor juga tidak bisa 
berbuat  banyak  untuk  membantu  beliau,  Aisyah  berkata:  “Seandainya  gunung yang kokoh tertimpa dengan apa yang menimpa Abu Bakr maka dia  akan hancur lebur”. Dan Abu Bakr pernah berkata pada saat yang genting  tersebut:  Aku akan memerangi orang yang membedakan antara shalat dan  zakat, sebab zakat adalah hak harta, demi Allah seandainya mereka enggan  mengeluarkan zakat hewan yang mereka tunaikan pada zaman Rasulullah  shalallahu  ‘alaihi  wasallam  maka  aku  pasti  memerangi  mereka  karena 
keengganan mereka menunaikan zakat”.  
Para ulama berkata, “Allah telah menjaga agama ini dengan dua orang lelaki  yaitu  Abu  Bakr  pada  saat  dia  memerangi  orang-orang  yang  keluar  dari  Islam dan Ahmad bin Hambal pada saat terjadinya fitnah Jahmiyah. 
       Al-Qur’an   dikumpulkan   pada   masanya,   dan   Ali   bin   Abi   Thalib  berkata;  Orang  yang  paling  banyak  pahalanya  dalam  mengumpulkan  Al- Qur’an adalah Abu Bakr. 
Aisyah RA berkata, “Permulaan sakitnya Abu Bakr adalah pada saat beliau  mandi pada hari senin pada hari ketujuh dari jumadil akhir, hari itu cuaca  sangat  dingin,  maka  dia  sakit  selama  lima  belas  hari  yang  menyebabkan  dirinya  tidak  keluar  untuk  shalat  berjamaah,  banyak  para  shahabat  yang  menjenguknya pada saat dia sakit,  dan mereka pernah berkata: Bolehkah  kami memanggil seorang tabib untuk melihat apa yang engkau derita?. Abu  Bakr menjawab; Dia telah melihatku, para shahabat bertanya; Apa yang dia  katakan?.  Dia    berkata:  Sesungguhnya semua  kehendak-Ku  pasti  terlaksana seperti apa yang Aku inginkan”. Aisyah berkata: Pada saat rasa  sakit yang menimpa bapakku telah kritis aku menyenandungkan bait syair  di bawah ini:   Sungguh kekayaan tidak memberikan apapun bagi seseorang  Apabila nafas kematian sudah terdengar dan dada menyempit  Lalu dia membuka wajahnya dan berkata, “Bukan itu wahai anakku akan  tetapi bacalah firman Allah:  
        Dan  datanglah  sakaratulmaut  dengan  sebenar-benarnya.  Itulah  yang  kamu  selalu lari daripadanya. (QS. Qaaf: 19) 
Kemudian  dia  berkata,  “Lihatlah  pada  pakaianku  ini  dan  cucilah  dia  lalu  kafanilah  aku  dengannya  sesungguhnya  orang  yang  masih  hidup  lebih  butuh   pada   yang   baru   dari   pada   orang   yang   telah   mati,   dan   dia  mewasiatkan  agar  dikuburkan  disamping  kuburan  Rasulullah  SAW.  Lalu  setelah dia wafat maka kepalanya disejajarkan dengan pundak Rasulullah  SAW  dan  menempelkan  lahadnya  dengan  kubur  Rasulullah  shalallahu  ‘alaihi wasallam. 
        Semoga  Allah  meredhai  Abu  Bakr  dan  memberikan  ganjaran  yang  lebih  baik  dari  jasa-jasanya  di  dalam  Islam  dan  kaum  muslimin  serta  mengumpulkan kita di dalam surga yang mulia bersama para Nabi, orang- orang  yang  jujur  dan  para  syuhada  serta  orang-orang  yang  shaleh  dan 
mereka itulah sebaik-baik teman. 
        Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan  salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada  keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau. 
sumber : id_Biografi_Singkat_Abu_Bakar_ash_Shiddiq.pdf
-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

Sunday 6 May 2012

Sejarah Ki Ageng Kiringan

Menurut cerita tutur tinular, Syech Abdullah Asyiq atau Ki Ageng Kiringan  adalah putra dari Muhamad Abdul Syakur adalah murid sunan Muria yang ditugaskan untuk menyebarkan Islam di daerah Tayu dan sekitarnya.
Ki Ageng Kiringan mempunyai seorang isteri bernama Dewi Limaran dan mempunyai seorang putri bernama Sumiyem, yang lebih di kenal dengan Nyi Branjung. Ki Ageng dan Nyai Ageng sudah lama tidak di anugerahi putra laki-laki, maka Ki Ageng dan Nyai Ageng Kiringan pergi menghadap gurunya Sunan Muria (Raden Umar Said), untuk menyampaikan keinginannya agar dianugerahi seorang Putra laki-laki.
Kanjeng Sunan Muria memberikan nasehat kepada Ki Ageng dan Nyai Ageng agar bersabar, dan memohon kepada Allah SWT agar diberi putra laki-laki.
Setelah diberikan nasehat dan petunjuk oleh Sunan Muria, Ki Ageng dan Nyai Ageng pamit kembali ke Kiringan, malam nya Nyai Ageng bermimpi ditemui seorang laki-laki yang gagah dan sudah beruban. Lalu Nyai Ageng menceritakan mimpinya kepada Ki Ageng dan mendiskusikan mimpinya semalam.
Selang beberapa hari Nyai Ageng Kiringan mengandung, tentu saja disambut bahagia oleh keduanya yang memang mendambakan seorang anak laki-laki. Setelah sekian lama mengandung, Nyai Ageng melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama SARIDIN, yang berasal dari kata Syah dan Ridho, yang artinya mendapat Ridlo Allah SWT.
Memang cerita Saridin atau Syech Jangkung ini ada dua versi, salah satunya Saridin adalah putra Sunan Muria yang  dilarung ke sungai dan diangkat oleh Ki Ageng Kiringan sebagai anaknya.
Suatu ketika Sunan Bonang berkunjung ke Muria, sesampainya di padepokan Sunan Muria tidak ada, beliau sedang berkunjung ke Sunan Kudus, sambil menunggu Sunan Muria datang, Sunan Bonang meminjam kancip untuk membelah pinang guna berkinang menjadi dua bagian sama besar. Yang satu diberikan kepada Nyai Sujinah isteri Sunan Muria, yang satu dipergunakan sama Sunan Bonang.
Setelah beberapa lama menunggu, ternyata Sunan Muria tidak kunjung datang, akhirnya Sunan Bonang mohon diri untuk kembali pulang ke Lasem. Namun apa yang terjadi?? Setelah Sunan Bonang pergi, ternyata sesaat setelah kepergian Sunan Bonang, Nyai Sujinah langsung hamil 5 bulan. Dan setelah Sunan Muria datang beliau sangat terkejut, karena tiba2 isterinya hamil, akhirnya Sunan Muria marah dan menuduh Nyai Sujinah berzina dengan orang lain.
Akhirnya Nyai Sujinah diusir dari kasunanan Muria, dengan perasaan malu Nyai Sujinah pergi meninggalkan padepokan Muria. Hingga akhirnya Nyai Sujinah putus asa  dan memutuskan hendak bunuh diri  mencebur ke Sungai, beruntung tangannya dipegang oleh Kanjeng Sunan Kalijogo yang tiba-tiba datang dan selamatlah Nyai Sujinah.
Tidak berselang lama maka lahirlah si jabang bayi yang oleh Nyi Sujinah  di larung ke sungai dan ditemukan oleh Ki Ageng Kiringan atau Syech Abdullah Asyiq dan diangkat sebagai anak, lalu diberi nama SARIDIN atau Syech Jangkung.
Konon Saridin ini mempunyai kesukaan blayang atau berkelana, baik untuk mencari ilmu maupun untuk melakukan syiar terhadap Islam.
Mengenai kebenaran cerita ini, penulis kembalikan sepenuhnya kepada pembaca sekalian.
Syech Abdullah Asyiq atau Ki Ageng Kiringan sendiri makamnya terdapat di Dukuh Kiringan-Punden Rejo-Tayu, atau 30 Km dari Kota Pati arah jalan Tayu Jepara.
Diatas  pintu cungkup makam terdapat tulisan dalam huruf arab yang berbunyi :
”NGADEKE CUNGKUP MAKAM KIAGENG KIRINGAN BIN MUHAMMAD NEK DESO KIRINGAN, WULAN MUHARAM/SURO DINO SENIN TANGGAL 12 TAHUN 1304 MASEHI, TERANG KANG BANGUN SING NGUWATI BAGUS SALMAN BONGSO JIN”
DAN DIBAWAH TULISAN TERSEBUT TERDAPAT TULISAN HURUF ARAB KECIL YANG BERBUNYI :
”MONGSO SENTOLO CATUR KANG TUNGGAL”
Dan ada terusan sedikit yang tidak bisa terbaca termasuk oleh juru kunci makam Mbah Mahzum.
Makam Ki Ageng Kiringan sangat ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah, khususnya pada malam Jum’at, mereka bertawasul di Makam Ki Ageng Kiringan.
Banyak masyarakat dari berbagai daerah yang melaksanakan syukuran di Makam Ki Ageng Kiringan. Ini dilakukan bila keinginan atau do’a nya dikabulkan Allah SWT.
Khol dilaksanakan setiap tanggal  7 sd 9 bulan besar, biasanya ribuan peziarah dari berbagai penjuru datang berduyun-duyun ke Makam Ki Ageng Kiringan.

sumber : http://kiringan.com/


-*(berjuang demi cita dan cinta)*-

Pendidikan Berbasis Budaya

Ditulis oleh Mujtahid 

FENOMENA pendidikan, hingga kapan pun akan tetap menjadi topik pembicaraan yang menarik. Menarik, karena pendidikan merupakan proses budaya yang secara terus menerus selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu. Salah satu perubahan itu adalah terjadinya pergeseran peran otoritas sistem pendidikan yang semula sentralistis menjadi desentralistis.
Konsekuensi dari perubahan tersebut tentu saja berdampak pada aspek pendidikan. Gagasan dan semangat otonomi pendidikan misalnya, merupakan ruang baru yang menjadi wadah untuk menampung pelbagai aspek nilai positif di masyarakat atau daerah, yang relevan dengan tuntutan dan kebutuhan kehidupan masyarakat.
Dengan format otonomi daerah, memberikan ruang khas bagi pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai budaya menjadi bagian dari aspek edukatif. Strategi dan pendekatan pembelajaran akan memiliki makna dan nilai yang hidup, manakala proses edukatif itu berakar pada nilai-nilai budaya.
Dulu, seperti yang digagas oleh faounding fathers kita, bahwa pendidikan merupakan salah satu sarana untuk melihat ragam budaya nasional. Namun, prakteknya kadang keblabasan hingga kadang-kadang budayanya sendiri terlupakan. Nah, dengan era otonomi pendidikan ini, selain sebagaimana yang diharapkan faounding fathers, adalah untuk mewujudkan kembali cita-cita dan harapan bangsa menjadi masyarakat yang berbudaya.
Jika nilai-nilai budaya hilang dari proses pendidikan, maka dampaknya akan bisa kita rasakan pada generasi mendatang. Yakni suatu generasi yang tidak memahami karakter budaya, yang cenderung menyeret kepada perbuatan negatif. Perbuatan negatif tidak saja bagi siswa, tetapi juga guru. Sudah terlalu kenyang kita mendengar tindak kekerasan, premanisme, white caller crime (kejahatan kerah putih), konsumsi minuman keras, aetika berlalu lintas, pencabulan siswa, kriminalitas yang semakin hari semakin menjadi-jadi telah mewarnai halaman surat kabar, majalah dan media massa lainnya.
Kegagalan pendidikan semacam ini antara lain disebabkan oleh praktek pendidikan yang jauh dari praksis budaya. Sebab, selama ini, aspek kognitif tidak mampu mendorong kesadaran tingkah laku, membimbing perasaan dan kesiapan mental dalam menghadapi perubahan era global.
Seuatu kesenjangan terlihat secara transparan bahwa pengetahuan dan cita-cita ideal dalam pendidikan tidak menunjukkan korelasi yang signifikan dalam praksis kesehariannya. Kesenjangan antara gnosis dan praxis yang dalam kehidupan tidak menunjukkan kepribadian seorang siswa. Padahal, pendidikan adalah investasi nilai-nilai kepribadian menuju kesempurnaan sifat dan kemampuan manusia.
Pendidikan tidak mungkin terlepas dari budaya karena kebudayaan memberi rambu-rambu dan memberikan reward punishment dalam perkembangan pribadi. Pendidikan tidak terjadi di dalam ruang kosong atau di luar masyarakat. Sebagaimana setiap masyarakat memiliki budaya maka praksis pendidikan tidak terlepas dari kebudayaannya.
Jika kita cermati secara mendalam, hakikat pendidikan dan budaya menampakkan hubungan sangat jelas sekali bahwa keduanya terdapat keterkaitan yang erat, bahkan terintegrasi secara praksis pendidikan dan praksis kebudayaan. Pendidikan dapat dirumuskan sebagai suatu proses hominisasi dan proses humanisasi yang berlangsung di dalam lingkungan keluarga serta masyarakat yang berbudaya.
Desentralisasi pendidikan seperti yang saat ini sedang berjalan, berarti proses untuk membuka seluas-luasnya terhadap nilai budaya di masing-masing masyarakat pada suatu daerah. Nilai budaya yang bisa dikaitkan dengan proses pendidikan misalnya nilai moral dan agama, nilai estetika, nilai emosional, nilai ketrampilan nilai luhur yang telah hidup berabad-abad di dalam suatu masyarakat.
Karena itu, upaya secara praksis pendidikan haruslah mengembangkan seluruh nilai-nilai kebudayaan tersebut. Apabila tidak demikian, maka kebudayaan itu mati, atau pendidikan hanya akan menghasilkan manusia-manusia yang pintar atau cerdas tetapi tidak berbudaya. Hal inilah yang menjadi tujuan utama terpeliharanya suatu kebudayaan kita dalam masyarakat itu. Seperti yang sering didengung-dengungkan bahwa tujuan pendidikan adalah educated and civilized human being. Manusia macam itu hanya dapat dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan yang berakar dalam kebudayaan.
Perlu disadari bahwa salah satu tugas penting untuk mengembangkan nilai-nilai budaya tersebut bukanlah tugas ringan, atau tanpa masalah. Justru pengembangan budaya seperti ini merupakan tantangan tersendiri yang acapkali menjadi beban akademis. Tidak heran jika akhir-akhir ini banyak kritikan kepada sekolah maupun perguruan tinggi yang kurang memiliki kepekaan terhadap nilai budaya.
Sifat dan watak budaya harus menjadi perhatian utama dalam proses praksis pendidikan. Betapa kompleknya persoalan yang masih dihadapi oleh pendidikan maka selain target akademis yang bersifat vokasional atau mencetak tenaga kerja, juga harus diimbangi dengan mencetak lulusan yang memiliki watak yang berbudaya. Dengan sifat dan watak demikian, tentu akan memberi peluang bagi mereka untuk menyesuaikan dengan kondisi dan siklus kehidupan mereka masing-masing dengan segala latar belakang yang ada.
Otonomi daerah memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi pengembangan kebudayaan daerah dan nasional. Kedua-duanya merupakan conditio sine qua non bagi kelangsungan hidup bangsa indonesia dengan keanekaragaman budaya dan merasa bersatu sebagai bangsa indosesia. Dalam hal ini diperlukan koordinasi dan kerja sama antar daerah supaya kedua jenis kebudayaan ini tetap merupakan kekayaan yang tidak ternilai dari bangsa indonesia di dalam menghadapi gelombang globalisasi dan kebudayaan globalnya. Suatu daerah yang dilanda dengan budaya global akan kehilangan identitasnya apabila daerah itu tidak menghargai dan tidak mengembangkan kebudayaanya.
Dengan otonomi daerah seperti sekarang ini sangat mungkin untuk kembali melihat nilai budaya kita. Secara fungsional, otonomi menuntut perubahan sikap dari para pelakunya, serta kemampuan kelembagaan agar pelaksanaan otonomi pendidikan dapat berjalan secara tepat. Strategi untuk mewujudkan impian ini, maka para konseptor dan praktisi harus berupaya keras untuk membangun mutu pendidikan dengan melibatkan berbagai unsur dan kalangan.
Instansi pendidikan harus menjalin erat dengan semua lapisan masyarakat. Karena sistem pendidikan yang benar adalah pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang berdasarkan masyarakat (community-based education) merupakan bentuk pendidikan yang seharusnya.
Sehingga era otonomi pendidikan dapat dimaknai sebagai perubahan dari suatu wawasan yang sentralistik, birokratis yang kaku menjadi wawasan kemitraan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga pendidikannya. Bahkan, kemitraan itu harus dijalin antar jenjang pendidikan, mulai dari Tingkat Dasar hingga Perguruan Tinggi.
Dalam otonomi seperti ini, instansi pendidikan daerah memiliki wewenang fungsi dan untuk menangani masalah pendidikan dan kebudayaan di daerah yang dikelola secara profesional dan lebih bermakna bagi masyarakat setempat, baik lembaga pendidikan negeri maupun swasta mendapatkan perhatian yang sama untuk peningkatan kemampuan (capacity building) untuk lebih berfungsi demi kebutuhan daerah.
Antara instansi pendidikan daerah dengan masyarakat di dalam penyelnggaraan pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan akuntabilitas horizontal, artinya masyarakat dan instansi pendidikan, keduanya bertanggungjawab terhadap: “the stake holder” (masyarakat) yang memiliki pendidikannya.
Dengan demikian, pelaksanaan otonomi pendidikan ini akan terasa memiliki nuasa yang khas dalam menciptakan kualitas pembelajaran. Lebih cocok lagi, untuk menyambut implementasi kurikulum nasional yang berbasis kompetensi dan karakter, yang menurut hemat penulis, pendekatan pembelajaran harus mengarah pada multi-kompetensi, baik menyakut kompetensi kognitif, afektif maupun psikomotorik.
*) Mujtahid adalah Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
sumber : http://www.uin-malang.ac.id
 -*(berjuang demi cita dan cinta)*-

Template by:

Free Blog Templates